Pandemi Covid-19 yang melanda negara di dunia membuat ekonomi kocar-kacir. Menteri Keuangan RI Sri Mulyani pastikan Indonesia alami resesi rupiah yang merosot ke Rp 14.785. Sebenarnya hal ini telah diprediksi Sri Mulyani sejak awal akhir Agustus 2020 lalu dan ternyata benar adanya.
Arti Resesi
Resesi adalah periode penurunan ekonomi yang berlangsung sementara karena diakibatkan berkurangnya aktivitas perdagangan dan industri yang ditandai dengan penurunan PDB (Produk Domestik Bruto) dalam dua kuartal berturut-turut.
Di sisi lain, resesi juga bisa diartikan sebagai perlambatan atau kontradiksi besar dalam kegiatan ekonomi. Economic Times mengabarkan, perlambatan aktivitas ekonomi ini bisa saja berlangsung selama beberapa kuartal yang menghambat pertumbuhan ekonomi.
Umumnya dalam situasi tersebut, indikator ekonomi seperti PDB, laba perusahaan, pekerjaan dan lain sebagainya turun maka akan menciptakan kekacauan di seluruh ekonomi. Lalu apa yang harus dilakukan agar sebuah negara tidak mengalami resesi?
Umumnya, untuk mengatasi ancaman ini, pemerintah memberikan kelonggaran kebijakan moneter dengan mengedarkan lebih banyak uang dalam sistem ekonomi. Langkah tersebut biasanya dilakukan dengan mengurangi suku bunga serta peningkatan pengeluaran yang dilakukan oleh pemerintah. Penurunan pajak bisa jadi menjadi alternatif untuk mengurangi ancaman resesi.
Prediksi Menteri Ekonomi Terjadi
Dikutip dari Tirto.id, Menteri Sri Mulyani telah memperkirakan pertumbuhan ekonomi Q3 2020 paling tinggi hanya menyentuh 0 persen, pada akhir Agustus 2020. Saat itu, ia juga meyakini kalau pertumbuhan Q3 masih berada di zona negatif dan tidak mencapai posisi netral nol persen, maka ada peluang yang cukup signifikan terjadi resesi.
Namun hal ini bukan berarti tidak ada peluang penyelamatan, Menteri Ekonomi RI ini mengatakan selama konsumsi memiliki kontribusi 57,9 persen PDB dan investasi atau Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) 32,3 persen PDB masih bisa dijaga, maka pertumbuhannya bisa mencapai nor persen bahkan bergerak jadi positif.
“Kunci utamanya konsumsi dan investasi. Kalau konsumsi investasi masih negatif growth dan pemerintah mau all out masih sangat sulit untuk masuk di zona netral nol persen 2020,” ucap Sri Mulyani, seperti dikutip dari Tirto.id.
Demi mencegah terjadinya resesi ekonomi, sejumlah cara telah dilakukan untuk menyelamatkan ekonomi RI agar kembali bergairah, salah satunya dengan menyuntikkan dana langsung ke masyarakat melalui berbagai program bantuan tunai langsung (BLT).
Namun, rupanya pandemi ini masih berkuasa dan menyebabkan Indonesia terjerumus pada jurang resesi pada kuartal tiga 2020.